4 Macam Ujian di Dunia Berikut Hikmahnya

Daftar Isi

Ketahuilah bahwa Allah subhanau wata'ala setiap harinya menurunkan ujian atau cobaan kepada setiap makhluk-Nya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab hikam bahwa makna yang tersirat pada kehidupan manusia setiap hari penuh dengan ujian dan pastinya ujian tersebut tidak pernah selesai sampai ajal menjemput yang sifatnya sudah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Berikut ini akan dilansir beberapa ujian yang dimaksud pada postingan artikel ini. Semoga kita semua sadar akan ujian tersebut dan kita pun dapat mengambil hikmah dari peristiwa yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut 4 Macam Ujian di Dunia Berikut Hikmahnya

Terdapat 4 ujian Allah subhanahu wata'ala yang diberikan kepada hamba-Nya di muka bumi ini. Ujian tersebut adalah Bala, Nikmat, Taat, dan Maksiat. Apakah hamba-Nya lulus dalam menghadapi Ujian tersebut.

Jika lulus melewati ujian-Nya, maka drajat kedudukannya akan dinaikan oleh Allah subhanahu wata'ala. Jika tidak lulus, maka sebaliknya. Lalu bagaimana cara menyikapi keempat ujian tersebut? agar lulus.

Untuk menyikapi ke-4 ujian itu tentu memerlukan ilmu dan pemahaman yang mendalam. Karena seorang hamba yang sedang berjuang menghadapi ujian -Nya memerlukan kesiapan yang maksimal jika tidak, maka akan gagal menghadapinya.

Disisi lain setiap manusia tentu berharap lulus melewati ujian tersebut dan perlu Anda ingat bahwa dibalik semua ujian terdapat hikmah dan rahmat Allah subhanahu wata'ala. Oleh karena itu, kita harus dibekali dengan ilmu yang mengetahui bagaimana cara menyikapi dari keempat ujian yang dimaksud.

1. Bala

Bala' atau disebut juga cobaan, bencana, musibah, malapetaka, dan kemalangan. Cobaan ini sifatnya dapat merugikan seseorang dan merupakan bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada hamba-Nya.

Perlu kita ketahui bahwa ujian ini sifatnya luas, yakni dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Ujian ini baik meliputi konflik pribadi dengan keluarga, dan bahkan seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini.

Selain itu, ujian ini juga bisa berupa sakit, perasaan, penyakit, yang menimpa manusia yang sifatnya merugikan manusia.

Kemudian orang yang menerima ujian ini tanpa ada pengecualian dari-Nya. Karena Allah subhanahu wa ta'ala menguji seluruh makhluk-Nya sesuai yang dikehendaki-Nya.

Terdapat 3 tingkatan untuk ujian bala, yaitu: Bala ringan, Bala sedang, dan Bala berat.

  1. Bala ringan
  2. Tingkatan bala ini merupakan bala yang datangnya langsung pada diri sendiri, seperti seorang hamba yang diuji kecelakaan kecil. Misalnya seorang hamba yang jatuh dari kendaraan yang sedang dinaikinya.

  3. Bala sedang
  4. Bala yang sedang merupakan bala yang datangnya antara sesama manusia, seperti seorang hamba yang diuji masalah keluarga, baik datangnya dari anak, istri, sodara, kerabat, tetangga bahkan dari seorang teman sebaya.

  5. Bala berat
  6. Bala yang berkategori berat merupakan bala yang datangnya melibatkan seluruh makhluk-Nya. Seperti contoh wabah penyakit yang sifatnya menyeluruh. Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan ujian ini kepada siapa saja yang dikehendai-Nya.

Beberapa cara menyikapi ujian ini, yaitu sebagai berikut.

  • Bersabar atas ujian yang dialami
  • Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala
  • Beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta'ala
  • Tidak boleh mencela ujian Bala'
  • Pasrah dengan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Hikmah dibalik ujian bala adalah sebagai berikut.

  • Semakin dekatnya seorang hamba kepada sang khaliq
  • Sadar atas apa yang sudah ditetapkan-Nya
  • Bersabar
  • Pasrah dan berserah diri kepada sang khaliq atas apa yang sudah jadi ketetapan-Nya
  • Tidak suka mencela ujian bala
  • Tidak menganggap buruk atau baik pada semua sesuatu yang diberikan-Nya kepada makhluk dengan selalu menerima apa adanya dengan berlandasan pada firman Allah subhanahu wa ta'ala,

2. Nikmat

Nikmat adalah bagian dari ujian disebut juga dengan macan-macam bentuk kesenangan yang dirasakan oleh setiap seorang hamba. Ciri dari ujian ini adalah memberikan rasa bahagia kepada seorang hamba, walaupun hanya sesaat.

Allah subhanahu wa ta'ala memberikan cobaan ini di dunia setiap hari, namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Ketika manusia tidak menyadarinya, sungguh telah kufur atas nikmat yang sudah ditetapkan-Nya.

Sedang kufur merupakan bagian dari dosa, dan Allah subhanahu wa ta'ala sangat murka kepada orang yang tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada seorang hamba-Nya.

Cara menyikapi ujian ini adalah setiap hari selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan perlu kita ketahui bahwa tidak ada satu makhluk pun bisa berada di jalan kufur (untuk tidak bersyukur kepada-Nya).

Sebagai contoh : tidur, bernafas, makan, minum, mendengar, melihat, rasa, dll. Maka semuanya itu kita patut untuk mensyukurinya, Sehingga tidak ada jalan bagi kita/ semua makhluk ciptaan-Nya untuk bersikap kufur nikmat. Firman Allah subhanahu wa ta'ala,

Makna sesungguhnya dari ayat di atas bahwa kita harus banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kemudian merupakan ayat yang sifatnya perintah sekaligus ancaman bagi makhluk-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala,

Artinya: Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Ayat yang ada di atas membuktikan bahwa tidak ada jalan untuk kufur nikmat. Dan ini merupakan bagian dari ujian. Seorang hamba dapat memilih, mau syukur atau tidak bersyukur. Dan bahkan kita dibuat lupa oleh syaithan untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Hikmah yang kita peroleh dari ujian kedua ini adalah sebagai berikut.

  • Takut atas nikmat yang diberikan oleh-Nya
  • Selalu bersyukur atas nikmat-Nya, baik sedikit maupun banyak.
  • Harus merasa cukup atas rizqi-Nya, baik sedikit maupun banyak
  • Tidak mencela atas nikmat-Nya
  • Yakin atas rizqi yang sudah ditetapkan-Nya
  • Tidak ada hari untuk tidak bersyukur
  • Berserah diri atau pasrah apa yang diberikan-Nya kepada kita (berhubungan dengan nikmat).

3. Taat

Taat juga merupakan bagian dari ujian. Apakah seorang hamba ketika taatnya itu karena dirinya ataukah karena pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala?, ini merupakan pertanyaan yang mesti kita jawab jujur didalam hati. Karena Allah subhanahu wa ta'al hanya melihat ketulusan hati seorang hamba pada saat melakukan semua amal ibadahnya, baik kecil maupun besar.

Misalkan anda dapat solat di mesjid. Apakah anda merasakan bahwa kedatangan anda ke mesjid itu karena tenaga/kuasa anda sendiri ataukah karena atas kekuatan Allah subhanhu wa ta'ala?.

Saya ambil contoh lagi: Ketika anda berqurban seekor sapi, dsb. Apakah qurban yang anda lakukan itu karena diri anda sendiri atau karena Allah subhanahu wa ta'ala?.

Apakah yang anda rasakan pada saat anda berqurban. Apakah anda bisa berqurban karena sudah lama menabung. Atau yang anda rasakan saat berqurban pada hari raya idul adha, adakah rasa didalam hati bahwa Allah subhanahu wa ta'ala terlibat pada peristiwa itu. Seperti ucapan dalam hati, "Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta'ala telah memperjalankanku untuk berqurban pada tahun ini". Apa seperti itu? (jawab dalam hati).

Konteksnya bukan hanya pada saat berqurban saja, tapi banyak sekali seperti solat, puasa, silaturahmi, pekerjaan, bahkan keahlian bisa ini, bisa itu,. Dan lain-lain, yang mana semuanya itu sebenarnya karunia yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada makhluk-Nya.

Perlu kita ketahui bahwa tidak ada amal yang sampai kepada-Nya ketika kita sedang melakukan taat dengan tidak melibatkan Allah subhanahu wa ta'ala. Pada akhirnya di hari esok di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala kita termasuk orang yang rugi. Kenapa? Karena kita setiap harinya, ketika melakukan ta'at, pada peristiwa itu tidak melibatkan Allah subhanahu wa ta'ala.

Seandainya, ketika Allah subhanahu wa ta'ala menguji seorang hamba dalam wadah ta'at kemudian hamba tersebut tidak melibatkan Allah subhanahu wa ta'ala, maka ketahuilah bahwa hamba tersebut didalam hatinya merasakan sesuatu yang tidak ikhlas, sehingga muncul rasa ujub/ingin dilihat sama orang, terpaksa karena takut dibilang kurang rajin ibadah, bahkan merasa ingin dihargai sama orang, ingin dihormati, ingin mencari keuntungan duniawi, dan lain sebagainya, Sehingga rusaklah hati seorang hamba tersebut bahkan hati pun akan menjadi keras seperti batu.

Hatinya akan keras seperti batu, maksudnya dalam arti susah untuk masuknya nasehat-nasehat yang baik dari seorang hamba lainnya, baik dari ustadz, keluarga, sodara, bahkan kerabat atau teman sebaya. Hamba tersebut akan merasa tidak enak apabila dinasehati, justru akan selalu ingin melawan karena merasa terusik.

Oleh karena itu, untuk menyikapi ujian ini adalah kita harus dapat mengakui bahwa semua yang berhubungan dengan taat, semata-mata karunia dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Hikmah dibalik ujian ketiga ini adalah sebagai berikut.

  • Selalu melibatkan Allah subhanahu wa ta'ala terhadap semua amal taat kita.
  • Mengakui sepenuhnya bahwa ketika kita memiliki kemampuan untuk taat, maka seolah-olah itu merupakan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
  • Sikap seorang hamba akan menjadi seseorang yang berkedudukan tinggi disisi Allah subhanahu wa ta'ala, apabila menempatkan ta'atnya benar.

4. Maksiat

Maksiat atau berbuat dosa merupakan bagian dari ujian. Seorang hamba akan diuji oleh Allah subhanahu wa ta'ala melalui jenis cobaan/ ujian ini. Hanya seorang hamba yang tulus dan memiliki iman yang kuat dapat lolos dari bentuk ujian ini.

Ujian ini yang paling bahaya dibandingkan dengan ujian lain yang sudah dibahas sebelumnya. Karena ujian ini berhubungan dengan hawa nafsu yang tidak diridhai Allah subhanahu wa ta'ala, yang mana sifatnya merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dan perlu kita ketahui bahwa nafsu itu ada dua, nafsu yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala dan ada nafsu yang tidak diridhai Allah subhanahu wa ta'ala.

Kemudian selanjutnya saya ambil contoh: Seorang hamba yang selalu memikirkan, menceritakan keburukan ke hamba lain, yang mana seandainya ia tidak menceritakannya akan ada rasa tidak pas/ atau tidak lebih nyaman pada diri sendiri, walaupun itu adalah ghibah (yang diharamkan), setelah bercerita, ia langsung mendapat dosa. atau yang lebih bahaya lagi adalah menyebutkan dalam hati mengenai keburukan orang lain/ mengira bahwa dirinya lebih sempurna dan lebih merasa suci.

Ghibah/membicarakan keburukan orang lain, itu sudah termasuk ciri bentuk ujian ini. Yang mendapat dosa bukan hanya orang yang bercerita, yang mendengarkannya pun ikut berdosa. Maka seandainya, kita berada di lingkungan seperti itu kalau bisa kita ingatkan orang yang berbuat ghibah itu kalau tidak sanggup/ karena tidak berani/ karena usia, maka takutlah kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menghiraukan dan mencari jalan untuk meninggalkan orang tersebut.

Beberapa cara menyikapi ujian ini, yaitu sebagai berikut.

  • Kita harus waspada atas bisikan-bisikan syaithan melalui hawa nafsu kita, sebagaimana tempat sarangnya syaithan (hawa nafsu). Syaithan ini sangat berperan sekali dalam ujian ini.
  • Ketika kita berbuat dosa, segeralah untuk sadar dan beristighfar atau memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Dan jangan seperti orang yang lupa akan dosa yang sudah dilakukan, seolah-olah tidak ada yang mengetahui selain dirinya padahal Allah subhanahu wa ta'ala lagi maha menyaksikan.
  • Berdo'a agar dikuatkan dalam menghadapi ujian ini.
  • Meninggalkan hawa nafsu yang tidak diridhai-Nya dengan meninggalkan syahwat.

Hikmah dibalik ujian ini adalah sebagai berikut.

  • Semakin dekatnya seorang hamba kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
  • Mengakui bahwa segala keburukan berasal dari diri sendiri atas dasar bisikan/ pengaruh syaithan, dan kebaikan semua dari Allah subhanahu wa ta'ala.
  • Tidak ada hari tanpa beristighfar atau memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Hikmah dibalik semua keempat ujian tersebut adalah kita harus waspada terhadap semua bentuk ujian telah dipaparkan di atas, dengan selalu mengambil hikmah dan menyikapinya dengan baik. Wallahu 'alam

Artikel ini merupakan bahasa dan kalimat yang saya lontarkan berbentuk tulisan dimana merujuk pada kitab hikam tentang 4 Ujian di Bumi. Saya akui semua yang baik-baik pada artikel ini berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Jika pada artikel ini terdapat kesalahan dalam peulisan, maka itu adalah dari kekhilafan saya pribadi atas dasar bisikan syaithaan melalui hawa nafsu yang tidak diridhai-Nya.

Posting Komentar

banner
banner
banner